Raksasa teknologi, Intel akan mengupayakan agar chip buatannya dapat berfungsi memaksimalkan otak manusia dan menghubungkannya dengan dunia maya.
Implantasi chip ke otak manusia ini secara tidak langsung memungkinkan otak untuk berfungsi layaknya sebuah tetikus yang mampu mengontrol komputer, televisi maupun ponsel. Saat ini Intel masih sedang mencari cara untuk bisa membuat chip tersebut mampu membaca gelombang pergerakan otak.
Hebatnya lagi, banyak sukarelawan yang dikabarkan telah bersedia menjadi ‘kelinci percobaan’ untuk mengetes kemampuan chip di dalam otak untuk mengontrol pergerakan komputer.
DilansirThe Inquirer, Sabtu (21/11/2009), ide ini merupakan hasil pemikiran Dean Pomerleau, pejabat Intel yang bertanggung jawab dalam urusan ilmu syaraf, pemahaman mesin, visi komputer, robotik, keterhubungan manusia dan mesin, proses otak untuk informasi semantik, dan teknologi pemindai otak seperti fMRI, MEG, EEG, dan ECoG. Dirinya dan rekan dari perusahaan Chipzilla saat ini sedang mencari upaya untuk mengetahui mekanisme kerja gelombang otak.
Pomerleau yakin akan semakin banyak warga dunia yang menginginkan implantasi otak mereka. “Bayangkan saja ketika anda ternyata bisa menjelajah internet melalui otak anda. Dan memiliki semua informasi yang anda inginkan di dalam otak,” ujarnya.
Chip yang ditanam pada Manusia
Diberitakan di Koran Kompas 23/8 bahwa kasus penculikan di Meksiko melonjak 40 persen selama periode 2004 hingga 2007. Pokoknya, penculikan di Meksiko tak ubahnya dengan kasus penculikan di Kawasan konflik. Kondisi tersebut membuat banyak orang kaya di Meksiko memborong chip yang bisa di tanam di balik kulit manusia untuk bisa memastikan keberadaan sanak keluarga mereka. Pemicu peambelian chip berharga ribuan dollar AS itu adalah setelah belum lama ini Fernando Marti yang berumur 14 tahun, putra seorang pebisnis top di Meksiko diculik dan dibunuh. Akibatnya, pemburuan atas chip keluaran Xega, perusahaan jasa keamanan Meksiko melonjak 13 persen pada tahun ini.
Seperti diberitakan, chip sebesar sebutir beras itu bisa diinjeksi ke balik kulit manusia. Alat tersebut lantas mengirimkan sinyal ke satelit untuk menunjukkan posisi keberadaan si pemakai. Bukan apa-apa orang kaya di sana lebih memilih membeli chip seharga 4000 dollar AS atau sekitar 38 juta rupiah ditambah iuran tahunan sebesar 2200 dollar AS atau seharga 20 juta rupiah ketimbang beresiko harus membayar uang tebusan penculikan yang bisa berlipat ganda jika sampai terjadi.
Sebagai Pengontrol Manusia
chip ini terpasang di seluruh tubuh manusia agar mudah di kontrol, di lacak bahkan dapat di matikan.
Dengan RFID Chips, sebuah modul pelacak dengan menggunakan frekuensi radio, untuk mengawasi gerak gerik anda di atas planet ini diawasi dengan layar monitor kontrol.
Ujicoba chip ini sudah di mulai dengan di pasang pada passport (USA & beberapa Eropa) yang nantinya kelak akan di pasang di dalam tubuh manusia.
Para ilmuwan telah berhasil membuat mini-cyborgs yang terbuat dari bahan semiknduktor ke sel manusia. Menurut ilmuwan ini chip silikon ini akan mampu menjadi sensor yang akan memantau kegiatan mikroskopis, memberikan obat-obatan dan dapat juga memperbaiki struktur sel manusia.
Dalam percobaan yang berhasil ini, sel-sel hidup manusia dapat menerima suntikan silikon chip yang sangat kecil tanpa mempengaruhi fungsi sel itu sendiir. Dalam percobaan tersebut, sel wanita yang terserang kanker mampu bertahan hidup setelah dimasukkan silikon chip itu ke dalamnya. Suksesnya percobaan ini merupakan jalan terang ke depan untuk mengendalikan sel manusia dalam hal pengobatan.
Dengan mampunya manusia mengendalikan sel-sel hidup manusia ini, sudah tentu sel-sel hidup yang berupa mikroba kecil yang menjadi parasit manusia pun dapat dikendalaikannya kelak. Dengan remote kontrol masa depan, pengobatan pun dapat dilakukan lewat internet ? Bisa jadi mungkin dan bukan persoalan yang sulit.
Dengan deteksi penyakit yang canggih, sensor silicon akan mampu melakukan pengobatan otomatis tanpa perlu petunjuk si dokter.
Sumber : http://dunia-panas.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar